Rabu, 23 Maret 2011

Undangan

Kartu itu datang padaku tepat lima menit sebelum kubereskan meja kerjaku. Hari ini aq ingin pulang lebih cepat dari biasanya. Ingin merebahkan tubuhku yang sudah sangat letih di hamparan kasur dan gulingku yang sudah kumal termakan waktu. Aq tertarik untuk membukanya, bukan karena desain yang minimalis dan warnanya yang kusuka, tapi karena nama yang tertera di kartu itu. Namanya tak asing bagiku. Sangat familiar. Aq sangat mengenalnya. Sangat.

Ingatanku berlari menjauh dari waktu ini. Memutar kembali memori yang pernah hadir ketika aq dan dia masih berseragam putih abu-abu. Aq mengenalnya saat aq dan dua sahabatku mencari nama kami di papan pengumuman yang berisi daftar siswa yang diterima di sekolah itu. Salah satu sekolah nomor satu di kotaku yang akhirnya mempertemukanku dengannya. Dia berdiri tepat di sampingku. Begitu mudah dia mencari namanya diantara ribuan orang yang mendaftar di sekolah itu. Di urutan teratas, ya namanya berada di urutan teratas dan masuk dalam kelas pertama yang notabene menjadi kelas favorit di sekolah itu. Berbeda denganku, jari-jariku terus meruntut mencari dimana namaku tertera di antara banyaknya kertas yang tertempel di papan pengumuman. Tak berselang lama, akhirnya kutemukan juga namaku. Agak sulit memang, mengingat namaku berada di kelas paling akhir. Setelah kutemukan namaku di sudut kertas yang tertempel dan sudah hampir lusuh, aq kembali kepada dua sahabatku yang sudah menungguku dari tadi. Di sudut halaman sekolah dua sahabatku mengobrol dengannya. Kuhampiri mereka. Senyumnya mengembang bersamaan dengan jari tangannya yang menggenggam jemariku saat kusebut namaku. Obrolan singkat mengalir begitu saja diantara kami, keakraban yang terjalin semenjak hari itu membuat kami dekat. Tak terbersit angan-angan jika tiga tahun berseragam putih abu-abu akan kuhabiskan berbagi banyak cerita dengannya. Kami sangat dekat, tidak hanya berbagi persoalan yang menyangkut study kami, ada banyak hal yang membuat kita merasa dekat termasuk soal makanan dan tempat olahraga favorit kami yang sama. Masa-masa itu yang membuatku selalu merasa beruntung bisa dekat dan menjadi salah satu bagian dari hidupnya. Meskipun akhirnya kami harus berpisah jauh karena melanjutkan study di tempat dan kota yang berbeda. Namun hubungan kami masih terjalin sangat baik, kadang aq pergi ke kotanya atau dia yang datang ke kotaku. Terkadang kami berjanji di sekolah kami untuk sekedar mengenang masa-masa menjadi siswa berseragam putih abu-abu.

Air mata itu tumpah begitu saja tanpa bisa kutahan. Aq ingat waku itu, hujan turun sangat deras sedangkan kutahu hari itu adalah hari istimewa kami karena tepat di hari itu, kami genap empat tahun bersama-sama. Aq sudah berdandan berbeda dari biasanya, kupoleskan sedikit bedak pada wajahku yang selalu tersenyum sejak pagi, kupakai baju yang baru kubeli beberapa hari yang lalu, kupadu dengan rok motif bunga yang sangat manis. Turun dari bis yang membawaku ke kotanya senyumku masih terus mengembang meskipun hujan sudah membasahi alas kakiku. Entah mengapa aq ingin memberinya kejutan dengan kehadiranku di kotanya. Aq pergi ke kampusnya. Berbekal tekat yang kuat, rindu yang terus menjalar karena lama tak bersua dan kado kecil yang kubawa aq ingin menemuinya. Untuk sekedar merayakan kebersamaanku dengannya. Tepat di kantin kampusnya, saat aq mulai membersihkan kotoran yang menempel di seluruh tubuh akibat guyuran air hujan, tak sengaja mataku bersitatap dengan matanya. Aq yakin itu dia karena aq sangat mengenalnya. Seketika hatiku hancur, kado yang kupegang semenjak perjalanan menuju kotanya jatuh ke lantai. Kulihat dia bersama seorang wanita. Cantik, tinggi, berambut panjang sebahu, anggun. Sikapnya tak biasa kepada wanita itu, melebihi sikapnya padaku. Dia dan wanita itu sangat mesra. Kusadari aq tak tepat memilih waktu untuk datang kepadanya hari itu. Kutahan air mataku, kuhampiri dirinya yang terkaget melihatku datang dengan tiba-tiba. Tanpa penjelasan apapun kutinggalkan kado kecil yang kubawa untuknya, kuulurkan jemariku sama seperti saat pertama kali kukenal dia. Kuucapkan selamat kepadanya lalu aq pergi. Ya, aq pergi meninggalkannya dengan wanita itu. Tak kupedulikan lagi hujan yang terus mengguyur membasahi tubuhku, dandananku sudah pudar berganti dengan air mata yang tak pernah berhenti mengalir. Aq pulang ke kotaku meninggalkannya. Sejak hari itu, kuhapus namanya di hatiku termasuk kenanganku bersamanya.

Hari ini mataku kembali sembab, bukan karena aq sedih mengingat peristiwa menyakitkan itu, tapi karena namanya tertulis di undangan yang kuterima sore ini. Entah kenapa aq merasa lega. Beban itu tiba-tiba lenyap. Sakit itu tiba-tiba terbang tanpa kutau kemana arahnya. Aq tersenyum melihat namanya tercantum di undangan yang kupegang. Melihatnya menikah dengan orang lain. Bukan denganku, mungkin dengan wanita yang kutemui di kampusnya waktu itu atau mungkin dengan wanita lain yang akupun tak mengenalnya. Aq  merasa bahagia. Bukankah itu yang namanya cinta?


gambar dipinjam dari sini

Nb: cerita ini terinspirasi dari banyaknya undangan pernikahan yang mampir di meja dan akun  social mediaku. Untuk teman-temanku yang menikah di bulan ini, semoga barokah pernikahan kalian, semoga menjadi keluarga yang sakinah, mawaddah dan warahmah. Aq turut bahagia untuk kalian :) . Selamat menempuh hidup baru kawan!

2 komentar:

Anonim mengatakan...

jogja...jogja..

-silpe- mengatakan...

@ Elang Selatan : Malang-Madiun-Surabaya PP koyok trayek bis ae

Posting Komentar